PENGERTIAN KESULITAN MAKAN
Jika
anak menunjukkan gangguan yang berhubungan dengan makan atau pemberian makan
akan segera mengundang kekawatiran ibu.
Keluhan dan tanda-tanda yang biasa
disampaikan berbagai macam di antaranya :
1. Kesulitan motorik
·
Kesulitan mengunyah, menghisap,
menelan makanan
·
Hanya bisa makan makanan
lunak/cair
2. Penerimaan makanan yang tidak/kurang memuaskan
·
Memuntahkan atau
menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut
·
Menghabiskan makanan hanya
setengah, sepertiga, seperempat porsi, atau kurang dari itu
·
Mengulum makanan sebelum ditelan
·
Tidak mau menelan makanan
·
Makan berlama-lama
·
Memainkan makanan
·
Cepat bosan terhadap makanan yang
disajikan
3. Picky eater/memilih-milih makanan
·
Hanya mau makan jenis tertentu
saja (jenis makanan spesifik)
4. Penolakan atau melawan pada waktu makan
·
Sama sekali tidak mau memasukkan
makanan ke dalam mulut/menolak bila diberi makan
·
Menutup mulut rapat
·
Menepis suapan
·
Selama proses makan anak rewel,
merasa tidak senang atau marah
5. Kebiasaan makan makanan yang aneh dan ganjil (pika)
·
Mempunyai kebiasaan makan yang
aneh seperti makan kayu,rumput, tanah, dll
6. Kelambatan dalam tingkat keterampilan makan
Seharusnya, sesuai dengan pertumbuhan anak, keterampilan makan
akan meningkat.
Usia
|
TAHAP PERKEMBANGAN KETERAMPILAN MAKAN-MINUM
BALITA
|
MINUM SENDIRI
DARI BOTOL/GELAS/CANGKIR
|
|
12 – 15 bulan
|
Memegang
gelas dengan kedua tangan
Dapat
sedikit minum tanpa bantuan
|
15 – 18 bulan
|
Menggunakan
sedotan
|
2 – 3 tahun
|
Minum dari
gelas (tanpa tutup) tanpa menumpahkan minuman
|
MAKAN SENDIRI
|
|
12 – 14 bulan
|
Makan
makanan lunak atau yang cepat melelh dengan tangan
Suka makan
dengan tangan
|
15 – 18 bulan
|
Menyendok
makanan dengan sendok dan makan sendiri
|
18 – 24 bulan
|
Ingin
makan/minum sendiri
|
2 – 3 tahun
|
Menusuk
makanan dengan garpu
Menggunakan
sendok tanpa menumpahkan makanan
|
3 – 5 tahun
|
Bisa
makan-minum sendiri
|
TATA LAKSANA MENGATASI KESULITAN MAKAN
1. Identifikasi faktor penyebab
2. Evaluasi tentang faktor dan dampak zat
gizi
3. Melakukan upaya perbaikan
PENYEBAB KESULITAN MAKAN
Kesulitan
makan dapat terjadi pada semua kelompok usia anak, tetapi jenis kesulitan makan
dan penyebabnya berlainan, juga mengenai derajat dan lamanya. Penyebab
kesulitan makan mungkin karena disebabkan oleh satu penyakit atau kelainan
tertentu, tetapi bisa juga beberapa macam penyakit atau faktor bersama-sama.
Faktor
yang merupakan penyebab kesulitan makan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok
yaitu :
- Faktor zat gizi
- Faktor penyakit/kelainan organik
- Faktor penyakit/kelainan kejiwaan
1.
Faktor Zat gizi
Berdasarkan kemampuan untuk
mengkonsumsi makanan, memilih jenis makanan dan menentukan jumlah makanan,
anak-anak dapat dikelompokkan :
- Konsumer pasif : bayi
- Konsumer semi pasif/semi aktif :
anak balita
- Konsumer aktif : anak sekolah dan
remaja
a. Pada bayi berusia 0 – 1 tahun
Pada bayi umumnya kesulitan makan karena
faktor mekanis berkaitan dengan keterampilan makan biasanya disebabkan oleh
cacat atau kelainan bawaan pada mulut dan kelainan neuro motorik. Selain itu
dapat juga oleh kekurangan pembinaan/pendidikan makan antara lain :
- Manajemen pemberian ASI yang kurang benar.
- Usia saat pemberian makanan tambahan yang
kurang tepat, terlalu dini atau terlambat.
- Jadwal pemberian makan yang terlalu ketat.
- Cara pemberian makan yang kurang tepat.
b. Pada anak balita usia 1 – 5 tahun
Kesulitan makan pada anak balita berupa
berkurangnya nafsu makan makin meningkat berkaitan dengan makin meningkatnya
interaksi dengan lingkungan, mereka lebih mudah terkena penyakit terutama
penyakit infeksi baik yang akut maupun yang menahun, infestasi cacing dan
sebagainya.
2.
Faktor Penyakit / Kelainan Organik
Berbagai unsur yang terlibat dalam
makan yaitu alat pencernaan makanan dari rongga mulut, bibir, gigi geligi, langit-langit,
lidah, tenggorokan, sistem syaraf, sistem hormonal, dan enzim-enzim. Maka dari
itu bila terdapat kelainan atau penyakit pada unsur organik tersebut pada
umumnya akan disertai dengan gangguan atau kesulitan makan, untuk praktisnya
dikelompokkan menjadi :
a. Kelainan/penyakit gigi geligi dan
unsur lain dalam rongga mulut
- Kelainan bawaan : Labioschisis,
labiognatoschizis, labiognatopaltoschizis, frenulum lidah yang pendek,
makroglossi.
- Penyakit infeksi : stomatitis, ginggivitis,
tonsilitis.
- Penyakit neuromuskuler : paresis/paralisis
b. Kelainan/penyakit pada bagian lain
saluran cerna.
- Kelainan bawaan :atresiaoesophagus,
achalasia, spasme duodenum,
penyakit Hirschsprung
- Penyakit infeksi : akut/kronis
- Diare akut, diare kronis, cacingan
c. Penyakit infeksi pada umumnya
- Akut : infeksi saluran pernafasan.
- Kronis : tuberkolosis paru, malaria.
d. Penyakit/kelainan non infeksi
Penyakit bawaan di luar rongga mulut dan
saluran cerna :
- Penyakit jantung bawaan, Sindroma Down
- Penyakit neuromuskuler : cerebral palsy.
- Penyakit keganasan : tumor Willems.
- Penyakit hematologi : anemia, leukemia.
- Penyakit metabolik/endokrin : diabetes
mellitus.
- Penyakit kardiovaskuler.
3.
Faktor Gangguan / Kelainan Psikologis
a. Dasar teori motivasi dengan lingkaran
motivasinya
Suatu kehendak/keinginan atau kemauan karena
ada kebutuhan atau kekurangan yang menimbulkan ketidak seimbangan. Orang
membutuhkan makanan selanjutnya muncul perasaan lapar karena di dalam tubuh ada
kekurangan zat makanan. Atau sebaliknya seseorang yang di dalam tubuhnya sudah
cukup makanan yang baru atau belum lama dimakan, maka tubuh belum membutuhkan
makanan dan tidak timbul keinginan makan.
Hal ini sering tidak disadari oleh para ibu
atau pengasuh anak, yang memberikan makanan tidak pada saat yang tepat, apalagi
dengan tindakan pemaksaan, ditambah dengan kualitas makanan yang tidak enak
misalnya terlalu asin atau pedas dan dengan cara menyuapi yang terlalu keras,
memaksa anak untuk membuka mulut dengan sendok. Hal ini semua menyebabkan
kegiatan makan merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan.
b. Pemaksaan untuk memakan atau
menelan jenis makanan tertentu yang kebetulan tidak disukai.
Hal ini perlu pendekatan yang tepat dalam melatih
anak mau memakan makanan yang mungkin tidak disukai.
c. Anak dalam kondisi tertentu,
misalnya anak daam keadaan demam, mual atau muntah dan dalam keadan ini anak
dipaksa untuk makan.
d. Suasana keluarga,
Khususnya sikap dan cara mendidik serta pola interaksi
antara orang tua dan anak yang menciptakan suasana emosi yang tidak baik. Tidak
tertutup kemungkinan sikap menolak makan sebagai sikap protes terhadap
perlakuan orang tua, misalnya cara menyuapi yang terlalu keras, pemaksaan untuk
belajar dan sebagainya.
DAMPAK KESULITAN MAKAN
Pada kesulitan makan yang sederhana
misalnya karena sakit yang akut biasanya tidak menunjukkan dampak yang berarti
pada kesehatan dan tumbuh kembang anak.
Pada kesulitan makan yang berat dan
berlangsung lama akan berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Gejala yang
timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak hanya
tidak menyukai makanan tertentu misalnya buah atau sayur akan terjadi
defisiensi vitamin A.
Bila hanya mau minum susu saja akan
terjadi anemi defisiensi besi. Bila kekurangan kalori dan protein akan terjadi
kekurangan energi protein (KEP).
KESIMPULAN
1. Kesulitan makan merupakan gejala
ketidakmampuan secara wajar dalam memenuhi kebutuhan zat gizi.
2. Penyebab kesulitan makan mungkin suatu
penyakit tetapi mungkin juga banyak faktor yang terlibat.
3. Perlu dilakukan upaya gizi yang sesuai
untuk memperbaiki dampak kesulitan makan terhadap gangguan tumbuh kembang dan
gangguan gizi.
Perlu dilakukan upaya melenyapkan/mengobati
penyebabnya.